Belajar Marketing di Markplus Executive Education Program (EEP) Marketing Battle Plan

Bulan Agustus 2017 yang lalu Saya berkesempatan mengikuti Markplus Executive Education Program (EEP) Multilateral Marketing Battle Plan. Tema besarnya: Winning Competition in Multichannel Markets. Kelas ini diasuh oleh konsultan-konsultan Senior dari Markplus, bahkan ada beberapa sesi dimana Pak Hermawan Kartajaya, sang Guru Marketing, memimpin kelas secara langsung dalam menganalisis kasus-kasus bisnis. Durasi program ini 5 hari dan metode pembelajarannya seperti mini-MBA, jadi tidak hanya materi saja yang terus menerus diberikan tetapi juga praktik implementasi teori, guest lecture dari industri dan pembahasan studi kasus dari Harvard Business Review (HBR).

20170821_095253
Nametag Workshop

Sepanjang pengalaman saya mengikuti Workshop, baru di program ini saya punya PR setiap hari untuk baca studi kasus dan mencoba menganalisis sendiri sebelum didiskusikan dengan teman kelompok. Menariknya, program ini menganut prinsip bahwa tidak perlu ada konsensus dalam diskusi. Pak Hermawan sendiri menyampaikan bahwa proses diskusi dan benturan-benturan pemikiran tiap orang dalam kelompok lebih penting dari pada hasilnya akhir kesimpulannya. Jadi lumrah saja jika kita berbeda pendapat dalam kelompok sampai akhir diskusi, tidak perlu ada konsensus serta debat kusir tentang pendapat siapa yang lebih baik. Dalam sesi teori pun demikian, proses diskusi dan tanya jawab dalam kelas sangat diapresiasi. Pembawa materi selalu mengingatkan bahwa proses diskusi dan tanya jawab sama pentingnya dengan teori yang dibawakan, bahkan terkadang lebih penting diskusinya.

Secara umum Program EEP Battle Plan ini bagi saya pribadi adalah sesuatu yang baru, mengingat latar belakang saya adalah Ilmu Komputer. Selama lima hari penuh saya dicuci otak dengan konsep marketing, tapi sangat menarik! Mulai dari menentukan bagaimana strategi kita dalam “perang”: Defense (Bertahan), Offense (Menyerang), Flanking (Menyerang dari samping), atau Guerilla (Bergerilya); memetakan dan memilih segmen customer; memetakan customer journey dan channel (baik offline maupun online), memetakan komunikasi pemasaran; sampai dengan membuat anggaran pembiayaan strategi komunikasi pemasaran yang akan kita lakukan.

Semua hal yang dipelajari dalam program ini pada dasarnya menggunakan fondasi marketing yang sudah umum digunakan. Pak Hermawan menyebutnya dengan 9 elemen fundamental marketing:

  1. Segmenting,
  2. Targeting,
  3. Positioning,
  4. Differentiation,
  5. Marketing Mix,
  6. Selling,
  7. Brand,
  8. Service,
  9. Process.

Kesembilan elemen inilah yang terus menerus muncul dan digunakan pada saat analisis kasus.

Selain teori marketing, setiap sore kita diberi kesempatan mendiskusikan studi kasus sebelum akhirnya dibahas bersama-sama. Studi kasus yang dipakai hampir semuanya adalah studi kasus dari industri retail dan topiknya adalah tentang omnichannel. Hal ini pun buat saya menarik, karena omnichannel ini sendiri merupakan konsep yang sedang ngetren di industri retail. Secara sederhana, dari pembelajaran selama program, saya menyimpulkan bahwa omnichannel adalah konsep multichannel yang integrated dan memberikan seamless-experience bagi customer, baik pengalaman offline ke online, maupun online ke offline.

20170823_123717.jpg
Praktik dalam kelompok

Dalam membahas studi kasus maka kita dituntut untuk berpikir, mana pilihan-pilihan terbaik yang dapat kita ambil berdasarkan keadaan yang diceritakan dalam studi kasus. Apakah harus Defense, Offense, Flanking, atau Guirella? Kalau Offense, strateginya gimana? apakah market penetration, market development, product development, atau diversification? apakah tetap di pasar lokal? atau ekspansi ke pasar internasional? apakah menggunakan channel offline saja? atau online saja? atau bahkan offline dan online? Kalau offline dan online, apakah menggunakan pendekatan showrooming (lihat-lihat di offline tetapi beli di online) atau webrooming (lihat-lihat di online tetapi beli di offline)? kemudian bagaimana komunikasi pemasarannya? apakah below the line? above the line? atau bahkan through the line menggunakan social media? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang dilontarkan selama kelas berlangsung, dan mendorong kita untuk berpikir sistematis menggunakan teori-teori yang sudah disampaikan. It’s totally awesome!

Ada satu hal yang cukup menarik bagi saya dan jarang sekali saya temui dalam workshop lain, adalah dalam pembahasan studi kasus, tidak ada jawaban yang benar, semuanya tergantung pada bagaimana kita memandang permasalahan dan pilihan mana yang lebih baik menurut analisis kita. Pembawa materi memberikan analisis sistematis menggunakan teori, kemudian memberikan pilihan-pilihan dan akhirnya mengajak kita berpikir mana yang lebih baik. Yap! Berpikir saja, kelas tidak perlu berkonsensus mana yang lebih baik, semuanya dikembalikan kepada masing-masing pribadi untuk memilih. Jadi, saya pun belajar untuk tidak dengan sembarangan menentukan satu strategi yang kelihatannya bagus dan benar adalah satu-satunya kebenaran. Jadi, kalau ditanya apakah online lebih baik dari offline? Ekspansi ke pasar internasional lebih baik daripada daripada tetap di pasar lokal? Apakah pilihan A lebih baik daripada pilihan B? Jawabannya bukan “Ya” atau “Tidak”, tapi “tergantung”. Tergantung konteks masalah, tergantung analisis kita dan tergantung mana yang menurut analisis kita lebih baik.

Nah, kira-kira kurang lebih seperti itu yang saya bisa sharing tentang pengalaman yang saya dapat selama mengikuti program Markplus EPP Multilateral Marketing Battle Plan. Untuk penjelasan teori-teori dalam kelas, saya membuat sudah membuat rangkumannya. Bisa diunduh di link ini. Kalau merasa kurang puas dengan rangkumannya.

Monggo ikut aja kelasnya ya! Ga akan nyesel kok. 😀

2 thoughts on “Belajar Marketing di Markplus Executive Education Program (EEP) Marketing Battle Plan”

  1. terima kasih sudah berbagi pengalaman. kantor saya berencana mengirim staff senior mengikuti workshop EEP markplus. Kebetulan Agustus 2024 markplus menawarkan tema serupa Marketing Battle Plan for Gen-Z.

    Reply

Leave a Reply

%d bloggers like this: